KESADARAN BERBAHASA
Bahasa muncul dari ujaran seseorang. Bahasa merupakan hasil
aktifitas manusia. Maju mundurnya suatu bahasa bergantung pada tiap pemakai
bahasa. Oleh karena itu, kita wajib meneropong kesadaran manusia agar media
komunikasi itu terarah dan terbina meskipun kepunahan suatu bahasa boleh saja
terjadi (ingat bahasa sansekerta, latin).
Kesadaran bahasa itu tercermin pada tanggung jawab, sikap, perasaan
memiliki bahasa yang pada gilirannya menimbulkan kemauan untuk ikut membina dan
mengembangkan bahasa. Hal-hal tersebut akan disoroti dibawah ini.
Yang
dimaksud dengan kesadaran berbahasa ialah sikap seseorang baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertanggung jawab sehingga
menimbulkan rasa memiliki suatu bahasa dan dengan demikian ia berkemauan untuk
ikut membina dan mengembangkan bahasa itu. Jadi, dengan definisi ini terdapat
cirri-ciri:
-
Sikap
terhadap bahasa dan berbahasa
-
Tnaggung
jawab terhadap bahasa dan berbahasa
-
Rasa
ikut memiliki bahasa
-
Berkemauan
membina dan mengembangkan bahasa
Keadaran seperti ini perlu di tumbuhkan agar sesuatu bahasa
terpelihara pemakaiannya.
2 Tanggung Jawab Terhadap Bahasa dan
Brebahasa
Tiap orang harus disadarkan untuk bertanggung jawab terhadap bahasa
ibunya dan bahasa nasionalnya. Ciri orang yang bertanggung jawab terhadap suatu
bahasa dan pemakaian bahasa adalah:
a.
Selalu
berhati-hati mengunakan bahasa
b.
Tidak
merasa senang melihat orang yang mempergunkan bahasa secara serampangan
c.
Memperingatkan
pemakai bahasa kalau ternya ia membuat kekeliru
d.
Tertarik perhatiannya kalau orang menjelaskan hal yang
berhubungan dengan bahasa
e.
Dapat
mengoreksi pemakaian bahasa orang lain
f.
Berusaha
menambah pengetahuan tentang bahasa tersebut
g.
Bertanya
kepada ahlinya kalau menghadapi persoalan bahasa.
Tanggung jawab berbahasa sangat diperlukan untuk menghindari salah pengertian.Bahkan
sering bahasa seseorang dihubungkan dengan jiwanya, tingkah lakumya. Dalam BI
misalnya, terdapat ungkapan tak tahu bahasa, bahasa menunjukan bangsa. Yang
terakhir ini jelas menunjukan siapa yang berbicara. Pemilihan kata, kelembutan
pengungkapan, keteraturan pelafalan menunjukan status sosial pembicara.
Dengarkanlah perbedaan ujaran antara seoarang guru besar dan penjual kngkung di
pasar.
3.
Sikap terhadap Bahasa dan Berbahasa
Tiap bahasa
adalah penjelmaan yang nik dari suatu kebudayaan yang unik . . . ( St. takdir alisyahbana dalam Amran Halim I. Ed, 1976 : 40).
Karena bahasa adalah penjelmaan yang unik dari satu kebudayaan,
maka bahasa di pengaruhi oleh pemakai bahasa yang pada dasarnya
unik pula.harimurti kridalaksana
(1978:98) mengatakan bahwa BI dipergunakan untuk
keperluan- keperluan resmi,
yaitu dalam.
1.
Komunikasi
resmi
2.
Wacana
ilmiah
3.
Khotbah,
ceramah dan kuliah
4.
Bercakap-cakap
dengan orang yang di hormati
Tanggung jawab
adalah juga manifestasi dari sikap, dalam hal ini sikap positif. Sehubungan
dengan itu, sikap terhadap bahasa dan berbahasa dapat dilihat
dari dua segi, yakni :
a.
Sikap
positif
b.
Sikap
negatif
Sikap positif terhadap
bahasa lebih banyak kita lihat dari pelaksanaan bahasa dalam kehidupan
sehari-hari oleh pemakai bahasa. Sikap positif terhadap bahasa dan berbahasa terlihat pada penampilan seseorang ketika dia menggunakan bahasa.
4.
Rasa Memiliki Bahasa
Perasaan
memiliki bahasa menimbulkan tanggung jawab dan kegiatan untuk membina bahasa
baik melalui kegiatan pribadi dan kegiatan kelompok. Partisipasi dalam
pembinaan bahasa terbagi menjadi dua, yaitu:
1 . Partisipasi informal, yaitu sikap saat kita menggunakan
bahasa terutama pemakaian bahasa yang tertib
2 . Partisipasi formal, yaitu partisipasi secara aktif.
Tentu
tidak semua pengguna bahasa diharakan berpartisipasi secara formal. Yang
diharapkan minimal kita berpartisipasi secara informal. Dngan penuh kesaaran,
kita menggunakan bahasa secara tertib. Memang berat, namun jika kita sebagai
pengguna bahasa telah menyadari perlunya pembinaan suatu bahasa, maka usaha
apapun yang akan dijadikan pasti akan berhasil.
Sikap positif terhadap bahasa dan berbahasa menghasilkan perasaan
memiliki bahasa. Maksud nya bahasa sudah di anggap kebutuhan pribadi yang esensial,
milik pribadi, dijaga dan dipelihara. Hal ini dapat kita bandingkan dengan
barang kepunyaan kita. Kita usahakan terjaga dengan baik,takut rusak dan kalau
menggunakan kita hati-hati sekali.
Bahasa adalah sesuatu yang kita dapat dengan proses belajar yang
kemudian harus kita sadari bahwa bahasa itu adalah milik kita. Baik BD, BI, atau
BA, orang selamanya bersikap hati-hati. Mengapa? karena kita takut di
tertawakan. Dengan kesadaran bahasa di harapkan timbul rasa memiliki bahasa.
Untuk menanamkan rasa memiliki bahasa, orang harus bertitik tolak dari anggapan
bahwa bahasa adalah miliknya pribadi. Dan memang demikian keadaannya. Sebab, setiap
saat kita gunakan tanpa bertanya kepada pemiliknya, kalau bahasa di anggap
sebagai milik pribadi, konsekuensinya kita wajib memeliharanya.
5.
Partisipasi Dalam Pembinaan Bahasa
Perasaan memiliki bahasa menimbulkan tanggung jawab dan kegiatan
untuk membina bahasa baik melalui kegiatan pribadi atau kegiatan kelompok.
Bukti keikutsertaan itu terutama ternyata dari pemakaian bahasa yang tertib.
Jadi, kalau seseorang telah hati-hati berbicara atau menulis sehingga bahasanya
terpelihara, tidak ada kesalahan di lihat dari segi kaidah bahasa, maka keadaan
ini telah menandakan bahwa dia telah berpartisipasi dalam pembinaan bahasa.
Dengan kata lain, usaha pertama-tama sebagai bukti keikutsertaan kita dalam
pembinaan bahasa ialah sikap kita kalau sedang menggunakan bahasa.
ka boleh minta daftar pustakanya ga dari mana aja?
BalasHapus